Apakah
arti dan definisi dari sejarah? Apakah ada pengaruh defisini sejarah terhadap
cara pandang historian terhadap sejarah itu sendiri dan definisi apa saja yang
diberikan untuk mendeskripsikan sejarah itu sendiri? Apakah definisi sejarah
sudah cukup menggambarkan apa itu sejarah?
Craig menuliskan bahwa
pengetahuan sejarah menimbulkan suatu pertanyaan penting: bagaimanakah
kepastian kebenaran ketika mempelajari “apa saja yang berhubungan dengan
manusia” diwaktu lampau? Pertanyaan ini menimbulkan suatu derajat
ketidakpastian. Bahkan dikatakan bahwa sejarah adalah kebohongan yang disetujui
bersama. Pemikiran ini tentu saja secara langsung menghantam kekristenan yang
berdiri diatas wahyu Allah. Craig kemudian melanjutkan bahwa pengetahuan
sejarah dimulai sejak abad pertengahan berupa catatan-catatan kejadian dan
tanggal terjadinya dari orang-orang yang mempunyai otoritas. Kemudian beralih
pada tahap “kesadaran historis” pada abad modern. Tulisan sejarah berkembang
menjadi tulisan yang popular. Masa ini menjadi kelahirkan Sejarah yang
berdasarkan kesadaran diri (rise of
historical consciousness). Kemudian berkembang lagi pada abad sembilanbelas
dan duapuluh menjadi abad relativisme. Dimulai pada abad sembilanbelas yang
ditandai dengan sifat objektif dari sejarah itu sendiri. Biarkan fakta itu yang
berbicara sendiri. Berkembang pada abad duapuluh menjadi relativisme, yang
berfokus pada dua hal: pertama,
non-realisme atau konstruksionisme, yaitu konstruksionisme sejarah untuk masa
lampau daripada kejadian masa lampau itu sendiri; kedua, non-objektif atau subjektifisme, pandangan yang melihat
bahwa tidak ada satu rekonstruksi sejarah dapat menyatakan lebih akurat
daripada rekonstruksi sejarah lainnya. (2)
Licona mendefinisikan
sejarah sebagai kejadian-kejadian dimasa lampau yang menjadi objek studi. Dari
definisi ini dapat dimengerti bahwa kejadian masa lampau demikian banyak.
Tetapi yang dicatat adalah yang menjadi objek studi. Namun, sejarah berbeda
juga dengan historiography, yaitu penelitian tentang sejarah dan
pertanyaan-pertanyaan mengenai sejarah yang tercatat. Berarti ada unsur
metodologi dan filosofinya. Selain itu, sejarah tidak mencatat semua hal, namun
yang perlu saja. Contohnya, bila melihat sejarah Suharto, Presiden kedua RI,
sangat sedikit mengulas masa pacarannya selagi muda. Tetapi walaupun sejarah
tidak mencatat lengkap masa berpacarannya, tetap tidak mengubah pendapat bahwa
Ia adalah Presiden RI yang kedua. Ini adalah fakta yang akurat. Demikian juga
bila dikaitkan dengan Yesus, murid-murid tidak pernah menggambarkan tubuh
Yesus, tetapi tidak berarti menolak keberadaan-Nya dalam sejarah. Karena
sejarah sebagai objek, maka manusia yang mempelajarinya sebagai subjek. Setiap
subjek, yaitu manusia itu sendiri memiliki perspektif atau presuposisi dalam
menimbang sesuati atau memikirkan sesuatu. Licona menyebutkan hal itu sebagai
Horizon, yaitu kacamata yang manusia pakai untuk menilai sejarah itu sendiri. (3)
Dari pemaparan diatas
dapat diambil kesimpulan bahwa sejarah adalah kejadian pada masa lampau yang
dikonstruksikan berdasarkan fakta-fakta yang ada. Namun, fakta-fakta itu
sendiri tidak bisa memberikan kepastian seratus persen, sehingga akhirnya
muncul banyak pemikiran dalam membaca fakta-fakta itu yang berhubungan dengan
tulisan atau teks. Sejarah menjadi topik yang menarik karena banyaknya
perbedaan pandangan mengenai bagaimana melihat sejarah itu sendiri.
Pertanyaan yang perlu
dipikirkan adalah, tentu ada unsur subjektifitas dalam memandang sejarah. Ini
berarti setiap orang memakai “kacamata” masing-masing dalam memandang sejarah
dan fakta yang sama. Hal ini memberikan perbedaan hasil konstruksi dikarenakan
perbedaan cara memandang tersebut. Perbedaan ini tentu mengakibat
“ketidakbenaran” sejarah itu sendiri. Bagaimanakah caranya agar setiap orang yang
melihat sejarah, dapat menghilangkan cara pandang yang salah? Apakah ada satu
cara pandang yang benar-benar seratus persen dapat dipercaya?
------------------
Referensi
(1)
N.T. Wright, The Resurrection of the Son of God: Christian Origins and the Question of God, vol.3 (North American ed. 4 vols. Minneapolis: Fortress Press, 1992-2013), 12-15.
(2) William Lane
Craig, Reasonable Faith: Christian Truth and Apologetics, 3rd ed.
(Wheaton, Ill.: Crossway Books, ©2008), 208-217.
(3) Mike Licona, The
Resurrection of Jesus: A New Historiographical Approach (Downers
Grove, Ill.: IVP Academic, ©2010), 30-39.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar