Kaum intelektual selalu mengatakan bahwa Yesus tidaklah sungguh-sungguh ada dalam sejarah. Karena Yesus tidak pernah bisa dibuktikan keberadaanNya. Mungkinkah Yesus hanya dongeng saja, ataukah pernah ada dalam sejarah? Bagaimana membuktikannya?
Dari tulisan Olson, dapat dimengerti bahwa Yesus yang
historis mulai dipertanyakan dikarenakan ketidakpercayaan akan mukjizat itu
sendiri. Pada dasarnya, bukti-bukti historis Yesus, misalnya saja mengenai
kebangkitan demikian banyak. Sesungguhnya para pemikir skeptik tidak percaya
akan mukjizat itu sendiri.
Norman L. Geisler dan Frank Turek menuliskan cuplikan
perdebatan antara William Lane Craig (Kristen) dan John Dominic Crossan (Skeptik,
salah satu pendiri Jesus Seminar). Crossan
menolak mempercayai kebangkitan Yesus karena memiliki prasangka filosofis yang
menolak mukjizat walaupun kebangkitan Yesus memiliki demikian banyak bukti
historis yang kuat (2).
Lebih lanjut, Geiler dan Turek menuliskan sepuluh alasan
utama bahwa para penulis PB menceritakan kebanaran. Pertama, para penulis PB memasukkan rincian yang memalukan mengenai
diri mereka sendiri. Kedua, mereka
memasukkan rincian yang memalukan dan perkataan Yesus yang sulit. Ketiga,
mereka membiarkan perkataan Yesus yang penuh tuntutan. Keempat, mereka dengan
teliti membedakan perkataan Yesus dari perkataan mereka sendiri. Kelima, mereka
juga menyinggung peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan kebangkitan yang
tidak mungkin mereka rekayasa. Keenam, mereka memasukkan lebih dari tiga puluh
tokoh yang diakui secara historis di dalam tulisan mereka. Ketujuh, mereka
memasukkan rincian yang berbeda. Kedelapan, mereka menantang pembaca mereka
untuk memeriksa fakta-fakta yang sudah diakui, bahkan data mengenai
mukjizat-mukjizat. Kesembilan, mereka menjelaskan mukjizat seperti peristiwa
historis lainnya: dengan catatan sederhana dan tidak dibumbu-bumbui. Terakhir
yang kesepuluh, mereka membuang begitu saja kepercayaan dan gaya hidup suci
yang selama ini mereka yakini, memungut kepercayaan baru, dan tidak menyangkal
kesaksian mereka meskipun terancam oleh penganiayaan dan kematian (3).
Josh McDowell menuliskan berbagai rujukan (bukti)
mengenai Yesus yang ditulis oleh para penulis sekuler (bukan Kristen) dari
zaman bapa gereja awal. Termasuk didalamnya Thallus dan Phlegon, Yosefus,
Plinius Muda, Cornelius Tacitus, Suetonius, Lucianus dari Samosata, Mara
Bar-Serapion. Tokoh-tokoh diluar Kristen ini memberikan bukti yang melimpah
mengenai Yesus historis itu sendiri. Tentu saja ini belum termasuk rujukan dari
para rabi, para martir, pengakuan iman, para pemimpin Gereja mula-mula, kitab
perjanjian baru, agrafa, apokrifa, pseudepigrafa dan lainnya (4).
Michael R. Licona menuliskan topik kebangkitan Yesus dari
sudut pandang historian (ahli yang mempelajari sejarah). Pada bab pertamanya
yang hampir mencapai 100 halaman itu menuliskan bahwa historian kadangkala
kehilangan horizon (cara pandang yang menyeluruh) mengenai kebangkitan Yesus
dan mengabaikan pendekatan historis yang benar (5).
Dari penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
Yesus adalah benar-benar historis artinya Yesus sungguh-sungguh ada dalam
sejarah. Bukti-bukti yang demikian banyak menyatakan bahwa mukjizat Yesus
sungguh-sungguh terjadi dalam sejarah. Penolakan pada ahli bukan dikarenakan
bukti itu tidak cukup kuat, melainkan karena mereka tidak percaya akan mukjizat
itu sendiri sehingga mengabaikan bukti-bukti yang demikian kuat. Bukti-bukti
ini akan dibahas satu-persatu dalam website ini kemudian.
Pertanyaan yang perlu dipikirkan: Apakah memang benar bukti-bukti
Yesus historis itu demikian banyak? Apakah memang bukti-bukti itu bisa diterima
oleh banyak orang? Kalau memang ada, coba berikan bukti-bukti historis mengenai
Mukjizat kebangkitan Yesus yang dipercayai oleh hampir seluruh ahli, baik itu
yang Kristen maupun non Kristen, termasuk kaum skeptik dan atheis. Apakah ada?
------------------
Referensi
(1) Roger E. Olson, The Journey of Modern Theology: From
Reconstruction to Deconstruction (Downers Grove, Illinois: IVP
Academic, 2013), 17-9; 80.
(2)
Norman L. Geisler and
Frank Turek, I Don't Have Enough Faith to Be an Atheist (Wheaton,
Ill.: Crossway Books, ©2004), 353-4. (edisi bahasa Indonesia).
(3) ibid., 307-34.
(4)
Josh McDowell and Bill
Wilson, He Walked Among Us (San Bernardino, CA: Here, ©1988),
43-152. (volume 3, edisi bahasa Indonesia).
(5) Mike Licona, The Resurrection of Jesus: A New
Historiographical Approach (Downers Grove, Ill.: IVP Academic, ©2010),
129-30.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar